INDAHNYA BERBAGI KEBAHAGIAAN DI BULAN SUCI RAMADHAN

Bulan Ramadhan merupakan momentum istimewa untuk menebar kebaikan, semua orang berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan fastabiqul khoirot. Menahan diri dari lapar dan haus merupakan kewajiban orang muslim untuk berpuasa di bulan Ramadhan.

SEDEKAH

Rasanya jika menahan diri dari lapar dan haus hidup terasa tidak semangat, lemas dan ingin beristirahat seharian. Ketika manusia dihadapkan dengan kondisi seperti ini rasanya ketika berbuka puasa ingin makan makanan segala hal yang enak dan nikmat.

Egoisme dengan hawa nafsunya melonjak ingin menikmati segala hal, bahkan banyak dari sebagian orang ketika berbuka puasa menginginkan makanan yang melimpah. Mereka mengumpulkan beberapa makanan untuk menikmatinya saat berbuka puasa.

Berbuka puasa sangatlah indah dan nikmat karena akan merasakan kepuasan saat diri ditengah merasakan lapar lalu diberi makan. Di balik puasa agar menahan diri dari hawa nafsu mengajarkan dan mendidik orang-orang muslim agar merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang tidak mampu ketika lapar.

Sebagai orang muslim kita harus sadar akan hal itu, karena dengan berpuasa sebenarnya bukan hanya menahan diri saja dan bisa menikmati makanan yang melimpah saat berbuka puasa, akan tetapi bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang tidak mampu ketika lapar.

Bagaimana Islam dan Syariatnya mengajarkan untuk membuka pola pikir dan kesadaran kita untuk kebersamaan. Bukan sebatas melihat dan mengetahui saja kepada orang-orang yang kurang mampu sulit mencari makan dan dalam kesehariannya sering merasakan lapar, akan tetapi merasakan bagaimana mereka menahan diri dari lapar dan haus.

Maka dari itu, ketika seseorang merasakan kesulitan apa yang dirasakan oleh orang yang tidak mampu, maka mereka siap membantu dan menolong terhadap sesama. Banyak hikmah yang bisa petik dari puasa di bulan Ramadhan.

Berbagi kebahagiaan di bulan Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk dilakukan, apalagi berbagi kepada orang-orang yang sedang melaksanakan ibadah puasa. Orang yang memberikan makanan kepada orang yang berpuasa maka Allah Swt akan membalas pahala seperti orang yang sedang berpuasa.

Sebagaimana dalam hadits Rasulullah Saw, bersabda :

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

Artinya : “Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi)

Berbagi kebahagiaan kepada siapapun bukanlah kewajiban akan tetapi kesadaran diri untuk menebarkan kebaikan. Siapapun yang menolong dan membantu orang lain maka akan dibalas dan dibantu orang lain juga.

Tidak harus kaya raya dahulu untuk menebarkan kebaikan dan berbagi kebahagiaan kepada semua orang, tetapi harus dimulai dari kesadaran diri Ibda binnafsih (mulai dari dari diri sendiri). Justru dengan memperbanyak memberikan kebahagiaan akan meningkatkan rasa Syukur kita terhadap diri kita dan memperluas rezeki kita.

“Jika kita ingin melihat kehidupan maka datanglah ke kuburan agar kita tahu bagaimana bisa memanfaatkan kehidupan lebih baik, jika kita ingin mendapatkan kesehatan maka datanglah ke rumah sakit agar kita tau bagaimana kesehatan itu penting untuk tubuh kita, jika kita ingin merasakan kebahagiaan maka datanglah kepada orang yang tidak mampu agar kita tau bagaimana kita bisa merasakan rasa Syukur.”

Manusia dihidupkan untuk memiliki jiwa sosial dan menebar kebermanfaatan. Percaya atau tidak semakin kita memberikan banyak kebahagiaan kepada orang lain maka kebahagiaan itu akan datang kepada kita berlimpah-limpah.

Sebagaimana dalam al-Qur’an, Allah Swt berfirman :

مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَاۚ وَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

Artinya : Siapa yang berbuat kebaikan, dia akan mendapat balasan sepuluh kali lipatnya. Siapa yang berbuat keburukan, dia tidak akan diberi balasan melainkan yang seimbang dengannya. Mereka (sedikit pun) tidak dizalimi (dirugikan). (QS. Al-An’am ayat 160).

Berbagi kebahagiaan bukan hanya sebatas materi saja yang dapat diberikan melainkan dengan memberikan senyuman, menolong orang lain, dan saling bergotong royong akan menebar kebahagiaan kepada orang lain juga.

Maka dapat disimpulkan, dengan menebar kebahagiaan pada orang lain tidak harus menunggu memiliki kekayaan yang melimpah dahulu tetapi bisa dilakukan dengan cara lain. Tidak ada alasan jika tidak memberikan kebahagiaan kepada orang lain walaupun hanya sebatas menyingkirkan paku di jalanan.

Ramadhan mengajarkan banyak hal di dalamnya, salah satunya adalah dengan menebar kebaikan dan kebahagiaan. Bahkan diakhir Ramadhan pun umat Islam di wajibkan untuk berzakat yaitu zakat fitrah. Sebagaimana zakat fitrah ini akan disalurkan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Sehingga ketika di hari raya orang yang tidak mampu merasakan kebahagiaan, begitu indahnya Ramadhan mendidik kita agar kita menjadi orang yang selalu memberikan manfaat dan menebar kebaikan.


Hadi Rahman
Hadi Rahman Hidup ini lebih mudah daripada apa yang kamu sangka

Posting Komentar untuk "INDAHNYA BERBAGI KEBAHAGIAAN DI BULAN SUCI RAMADHAN"